Entri Populer

Saturday, November 20, 2010

Metode deduktif dan Induktif dalam pangajaran bahasa arab

Cara Mengajarkan Kaidah Gramatikal

Sumber: Malakah Drs. Mardi Takwim, M.H.I.
Dalam pengajaran nahwu dititik beratkan pada salah satu sarana untuk memperbaiki susunan uslub-uslub bahasa Arab yang merupakan satu satuan pelajaran yang terdiri dari kaidah-kaidah yang harus diajarkan dan diwajibkan bagi siswa untuk mengetahui dan memahaminya.
Demikian pula pelajaran nahwu ini, ditekankan pula penghafalan kaidah-kaidah, akan tetapi metode nahwu penggunaan kalimat, dari sini muncul ide-ide untuk mencari metode yang tepat dan handal untuk mengajarkan ilmu nahwu pada anak didik.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis akan mengetengahkan metode-metode yang berkaitan dengan pengajaran nahwu.
1.     الطريقة القياسية (Metode Deduktif = Analogi)
Metode qiyas atau deduktif (analogi) adalah metode (cara) mengajarkan nahwu yang dimulai dengan pemaparan kaidah-kaidah lalu diikuti dengan pemberian contoh-contoh. Metode ini termasuk metode yang tertua dalam pengajaran ilmu nahwu, meskipun metode ini sudah lama tetapi masih dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara Arab. Metode deduktif bentuk-bentuk kata dan pola-pola kalimat diambil dari bahan bacaan, dan diuraikan segi-segi tata bahasa baik mengenai sharaf maupun nahwu.
Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan.
Tehnik penyajian metode al-qiyas (deduktif) dapat dilihat sebagai berikut:
a.   Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di papan tulis dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh para siswa dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya dan memahaminya.
b.   Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi kaidah-kaidah yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya, kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam pelajaran akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa untuk diselesaikan di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan, baik dalam bentuk tugas mandiri maupun kelompok.
Dalam penggunan metode ini terdapat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Kelebihannya adalah siswa dapat memahami kaidah-kaidah melalui contoh-contoh yang telah dijelaskan oleh guru pada jam pelajaran, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya di luar jam pelajaran. Kelemahannya adalah siswa dibebani penghafalan kaidah-kaidah tanpa menguasai perbendaharaan kosa kata dan guru terbebani kaidah-kaidah yang harus dituliskan di papan tulis.
2.   الطريقة الاستقرائية (Metode induktif)
Metode istigra’i disebut juga metode induktif atau metode Herbert karena dia menggunakan metode ini. Metode ini mulai dipergunakan di sekolah-sekolah negara Arab ketika delegasi Arab dari Eropa kembali ke negara mereka pada awal abad ke XX.
Dalam proses belajar mengajar metode ini dimulai dari pemaparan contoh-contoh dengan memperbanyak latihan-latihan yang dimulai dari bahagian (yuz’i) untuk sampai kepada generalisasi atau kaidah-kaidah yang umum.
Pendukung metode ini berpendapat bahwa metode inilah yang paling alamiah yang dilalui oleh pemikiran untuk sampai kepada pengetahuannya dan membuka tabir yang terselubung dan menjelaskan hal-hal yang kabur, dan metode ini guru sebagai penuntun atau supervisor. Dan sikap para siswa sangat positif karena mereka berusaha sendiri untuk memahami kaidah-kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut dan siswalah yang melaksanakan praktek bahasa.
Metode penyajian metode istigra’i (induktif) adalah:
a.   Tehnik penyajian I: yakni dengan pemaparan contoh-contoh kemudian kaidah-kaidah. Pemaparan ini disebut juga pemaparan contoh-contoh yang bervariasi atau contoh yang beragam, cara pemaparan contoh yang berlainan disebabkan karena terkadang contoh-contoh yang dipaparkan sangat bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh yang lain.
Berkaitan dengan keterangan tersebut di atas, maka metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan, yaitu guru kelas dapat memilih contoh-contoh yang mudah dan membantu guru dalam proses belajar mengajar dan mempermudah serta mempercepat pemahaman para siswa terhadap kaidah-kaidah karena mereka telah memahaminya melaui contoh-contoh yang telah dijelaskan. Sedangkan kelemahannya adalah dalam penyajian materi banyak dijumpai siswa yang lari pada jam pelajaran, karena siswa menganggap proses belajar mengajar tidak tepat dan sulit untuk diketahui dan dipahami karena pemberian contoh-contoh yang bervariasi dan beragam dan tidak berkaitan antara satu dengan yang lain.
b.   Tehnik II: yaitu metode pemaparan teks (nas) kemudian contoh-contoh disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.
Metode pemaparan teks (nas) ini disebut juga metode uslub-uslub atau metode teks (nas) yang sudah terkorelasi semuanya. Dengan judul-judul yang terambil dari bahan sejarah, kesusasteraan Arab, surat kabar harian atau majalah mingguan, bulanan yang khususnya membicarakan tema-tema aktual yang sedang terjadi, di depan mata siswa dan didengarnya secara langsung.
Metode ini dalam proses belajar mengajar mempunyai tehnik-tehnik penyajian antara lain sebagai berikut:
1).  Guru menerangkan dan menjelaskan teks-teks bacaan tersebut dan mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada materi nahwu dan menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan tersebut.
2).  Hendaknya para siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru agar dapat menyelesaikan teks-teks bacaan yang ada.
Kelebihan metode ini adalah siswa merasakan korelasi atau hubungan yang kuat dengan bahasa Arab yang sedang dipelajarinya dan mampu membandingkan ciri-ciri khusus i’rab dalam teks-teks bacaaan lain. Sekaligus sebagai pendorong bagi siswa untuk mencintai dan memahami ilmu nahwu, sehingga menghasilkan cara menta’bir yang benar yang menjadikan siswa semakin mantap dalam memahami bahasa Arab.
Kelamahannya adalah guru dibebani membuat bagian satuan pelajaran dan tidak memperlihatkan ushlub-ushlub, bahkan apa yang dianggapnya baik dari semula, dan terkadang para guru terpaksa memperpanjang bagan-bagan tersebut sampai mampu memaparkan contoh seluruh aspek qawaid/kaidah-kaidah dan bagian-bagiannya.

No comments:

Post a Comment